Islamic Widget

Daisypath Anniversary tickers

4 Desember 2019

vio vio beach

Sabtu kemarin kami jalan-jalan ke pantai vio vio yang terletak di pulau galang. perjalanan berjarak 60 km kami tempuh kira-kira selama satu setengah jam. sesampainya di sana, ternyata mobil kami satu-satunya pengunjung di sana. serasa pantai milik sendiri jadinya.



















Saat lagi asyiknya belajar berenang, tiba-tiba askar menjerit kesakitan. Kami semua bingung ada apa. Ternyata Askar terkena ubur-ubur. Langsung kami minta tolong penjaga pantai. Tangan Askar yang terkena sengatan ubur-ubur langsung dioles cuka dan asam jawa. Bulan November dan Desember memang rawan terkena ubur-ubur jika bermain di pesisir pantai kata penjaga pantai. Setelah Askar sudah agak baikan, kami pulang dan memakan bekal makanan kami di pinggir jembatan barelang.

23 Januari 2018

Team Wawacanda on Vacation

Rencana dari awal tahun akhirnya terwujud. Grup kami yang sering kami sebut team wawacanda akhirnya berangkat ke Hongkong pada long weekend awal bulan Desember kemarin. Sebelum berangkat, banyak sekali dari kami yang tarik ulur jadi atau nggak untuk berangkat. Saya sendiri sebelumnya masih mikir-mikir, karena di saat yang sama saya akan memberangkatkan orang tua untuk umroh ke tanah suci.  Tapi akhirnya saya putuskan untuk ikut saja. Saya pikir kapan lagi bisa berangkat bareng-bareng. Sudah kebayang deh capeknya nanti di sana karena harus membawa Izan ikut serta. Kenapa Izan harus dibawa? Karena dia masih nenen. Kebayang kalo malam hari dia ditinggal sama ayahnya di rumah, pasti bakal nangis nggak berhenti karena mau nenen. Yasudahlah nikmati saja perjalanan bersama Izan kali ini. Selain saya ada lima orang teman lainnya yang juga membawa anak. Jadi total dari kami ada enam belas orang.


Sebelum Boarding @ Terminal 3 Ultimate Soekarno Hatta


Kami terbang dari Jakarta menuju Hongkong menggunakan pesawat China Airlines pada pukul setengah tujuh pagi. Selama di perjalanan, Izan hanya tidur setengah jam pertama saja. Sisanya dia jalan-jalan di kabin pesawat bercanda dengan anak-anak teman saya yang lain. Bener-bener olahraga deh di pesawat jagain dia. Perjalanan kami kurang lebih 5 jam. Pada saat landing, kami berada agak lama saat akan menuju antrean imigrasi. Karena Aqila anak kak Ike terdeteksi oleh petugas kesehatan pelabuhan suhu badannya tinggi, mencapai 39 derajat celcius. Sambil menunggu, kami berfoto-foto di situ. Tema dekorasi di airport kali itu adalah natal dan tahun baru.







Setelah Aqila diperbolehkan meninggalkan karantina kesehatan, kami langsung menuju antrian imigrasi. Alhamdulillah bagi yang membawa anak kecil ada antriannya sendiri. Jadi kami yang membawa anak cepat keluar dari Imigrasi. Setelah berada di luar, kami langsung membeli octopus card yang fungsinya sebagai alat pembayaran kendaraan umum selama di Hongkong. Setelah itu kami berjalan menuju terminal bus bandara dan menunggu bus A22 yang menuju ke penginapan kami Bridal Tea House To Kwa Wan di daerah Kowloon. Saat Busnya datang kami langsung naik dan duduk di lantai atas bus. Excited sekali rasanya saat perjalanan dengan bus ini. Maklum, udah lama banget nggak keluar negeri. Kalau dulu sebelum nikah sih sering banget, sebulan sampai dua kali tugas dinas keluar negeri. Kalau sekarang, duh pulang kesorean saja sudah galau mikirin anak-anak. Perjalanan dari Airport sampai ke hotel kami memakan waktu kira-kira satu jam. Kami berhenti di pemberhentian ke sepuluh yaitu di Argyle Street Playground bus stop. Dari situ kemudian kami berjalan kira-kira 300 meter menuju hotel.


Sesampainya di hotel kami check in memakan waktu yang agak lama. Pada saat sudah diperbolehkan masuk ke kamar, kami masuk kamar menurut pembagian yang sudah ditetapkan waktu di Jakarta. Saya sekamar dengan Kak Ester dan Riris. Sesampainya di kamar, rasanya kaget sekali ternyata family roomnya sekecil itu. Dari awal kami pun sudah tahu dari internet kalau kamarnya berukuran 9 meter persegi,  tapi tetap saja kaget sampai rasanya pengen ketawa terus. Harga kamar per malam kira-kira dua jutaan ternyata bentuknya seperti itu. Memang sih, kalau lihat di aplikasi agoda, penginapan di Hongkong itu nggak ada yang murah. Agak bagusan sedikit saja harganya bisa empat jutaan per malam. Hongkong oh Hongkong.
Pada malam harinya, teman-teman yang lain melanjutkan acara jalan-jalan melihat Symphony of Light dan jalan ke Ladies Market. Tapi saya tidak ikut. dan hanya saya sendiri yang tidak ikut karena rasanya capekkkk sekali setelah perjalanan sambil olahraga di pesawat tadi. Saat jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, teman-teman sekamar saya masih belum ada di kamar. Penasaran sekali rasanya mereka ada dimana. Sampai pukul 1 dini hari baru deh Kak Ester dan Riris Muncul di kamar dan bercerita betawa riwehnya perjalanan mereka malam itu. Untung saja saya tidak ikut ya.

Setelah pagi tiba, kami bersiap-siap untuk perjalanan kami ke Disneyland. Untungnya di dekat hotel ada seven eleven, jadi kami bisa membeli makanan dan keperluan lainnya di situ. Kami baru berangkat dari hotel ke Disneyland pukul 10 pagi. Perjalanan kurang lebih satu jam. Sesampainya di gerbang Hongkong Disneyland kami berfoto lengkap. Setelah itu kami  tersebar entah kemana-mana. Saya sendiri cuma berjalan sambil membawa Izan dengan stroller muter-muter di dalamnya sambil menyuapi Izan makan. Tak ada satupun wahana atau pertunjukan yang saya masuki. Karena pasti Izan bakalan rewel kalau saya ajak untuk mengantri. Jujur saja saya nggak menikmati perjalanan ke Disneyland ini karena Izan juga masih belum mengerti. Paling pada saat parade tokoh kartun saja saya menonton, dan Izan juga joget-joget di stroller mendengar suara musiknya






Foto-foto Izan semuanya dia ada di atas stroller. Karena kalau saya turunkan dia dari stroller bisa-bisa dia lari entah kemana. Saya keluar dari Disneyland kira-kira pukul 6 sore, namun ada juga rombongan yang keluar pada pukul 5 sore. Yang keluar lebih awal, mereka langsung pulang ke hotel. Sedangkan saya ikut rombongan yang keluar pukul 6 sore karena akan melanjutkan perjalanan ke Ladies Market. Kemarin kan saya belum ikut, jadi penasaran rasanya kalau saya belum ke sana. Perjalanan kali ini kami memakai MTR dari Disneyland. Tidak memakai bus seperti waktu berangkat.
Sesampainya di Ladies Market saya hanya berkeliling sebentar. Kemudian saya meminta izin untuk pulang duluan ke hotel, karena teman-teman yang lain masih ingin membeli barang yang mereka inginkan di sana. Saat meminta izin pulang duluan, mereka sempat khawatir karena saya akan berjalan kaki ke hotel. Tapi saya bisa meyakinkan kalau semua akan baik-baik saja, karena jika saya pulang memakai taxi saya akan repot membawa Izan dan membuka tutup stroller. Belum lagi kalau Izan ketiduran di taxi. Perjalanan dari Ladies Market ke Hotel memakan waktu 30 menit dengan berjalan kaki. Dengan panduan google map akhirnya saya sampai juga ke hotel dengan berjalan kaki sejauh 2,5 km. Lumayan capek sih karena saya berjalan lumayan cepat. Selama perjalanan tadi alhamdulillah Izan anteng aja. Sambil memegang mainan robot-robotan, sepertinya dia juga menikmati perjalanannya. Walaupun sebetulnya saya agak khawatir juga di jalan. Khawati kalau ada orang jahat atau ada anjing liar. Apalagi saat melewati jalan yang agak remang. Tapi pejalan kaki juga banyak kok sejauh mata memandang. Sesampainya di hotel langsung deh boboin Izan dulu agar saya bisa mandi dan packing buat besok. Mumpung Kak Ester dan Riris belum pulang. Karena kalau mereka sudah pulang, saya akan bingung dimana akan menggelar koper di kamar seminimalis itu.

Last day in Hongkong, pagi-pagi sebagian dari kami bersiap akan berangkat ke Avenue of The Star. Itu loh, tempat foto-foto yang ada patung-patung tema perfilman. Sesampai di sana, ternyata lokasi sedang dipugar, sehingga patung-patung dipindahkan ke atas. Seperti biasa, saya yang paling capek karena harus mengejar Izan yang lari kesana kemari.









Kami kembali ke Hotel kira-kira pukul sepuluh, kemudian kami bersiap buat check out. wow,, koper-koper kami semuanya menggendut. Makin susah untuk dibawa. Rasanya tim kami ini makin solid saja. Sudah tahu yang mana yang harus membawa stroller, anak, dan menggeret-geret koper. Apalagi waktu akan naik bis menuju bandara, sudah kaya mau perang dan pergerakan kami cepat sekali. Dari mengangkat koper ke dalam bis, melipat stoller, membawanya ke dalam dan menggendong anak. Seandainya saja ada yang merekam aktifitas kami. Pasti lucu sekali buat ditonton. Sampai di Bandara, kami langsung check in di priority line. Kemudian petugas menyuruh kami pindah. Sepertinya petugas tidak percaya kalau kami ini penumpang kelas bisnis. Haha, kasian.. kasian.. Mungkin wajah kami lebih cocok seperti TKW ya. Namun saat melihat tiket baru kami dipersilahkan berdiri di priority line. Setelah selesai check in, kami menukarkan octopus card kami. Lumayan deposit yang tersisa masih bisa dipakai buat membeli oleh-oleh di dalam bandara. Sebelum boarding kami makan dulu di lounge skyteam. Ada juga yang berjalan-jalan membeli oleh-oleh. 




Pesawat berangkatnya tepat waktu, namun waktu tunggu untuk take offnya lama sekali karena banyak sekali antrian pesawatnya. Bisa sampai empat puluh lima menit sendiri kami menunggu take offnya. Untuk perjalanan pulang, Izan tidur lumayan lama. Mungkin dia kelelahan di Bandara tadi. Begitulah cerita singkat liburan kami ke Hongkong. Dan  rasanya Hongkong bukan tempat yang saya ingin kunjungi lagi. Berada di Hongkong tidak jauh berbeda dengan berada di Singapura. Yang membuatnya menarik karena ada Disneyland saja. Seandainya mau ke Disneyland dengan anak-anak mending langsung ke Jepang aja deh, biar bisa sekaligus wisata budaya. Terima kasih kepada pihak yang telah mensponsori tiket perjalanan kami. Lain waktu boleh lah disponsori lagi. hihi...




4 Oktober 2017

Cuti bulan September lalu, saya, anak-anak dan kedua mertua saya pergi ke Batam. Liburan ke Batam kali ini dalam rangka mengunjungi suami saya yang sekarang bekerja di Batam. Memang sih hampir tiap minggu suami pulang ke Jakarta. Namun kali ini bergantian kami yang mengunjunginya di sana.



Kami di sana menginap di Queen Victoria Apartemen yang letaknya di daerah Baloi. Apartemennya enak, semuanya lengkap namun letaknya agak jauh dari keramaian sehingga agak sulit juga jika ingin membeli sesuatu. Tapi tidak terlalu masalah sih karena suami juga ada kendaraan jadi kalau kepepet perlu sesuatu bisa keluar. Selain itu juga taxi online sudah masuk ke Batam, jadi kami bisa berkendara kemana saja dengan harga murah.
Di hari pertama kami jalan-jalan di Batam, kami menuju Nongsa. Tapi pantai yang dibuka untuk umum di sana kurang bagus, entah kalau pantai yang berada di dalam resort karena kami tidak bisa masuk ke dalamnya. Kemudian kami makan siang di daerah Tanjung Piayu. Perjalanan ke sana cukup jauh namun karena di jalan juga tidak terlalu banyak kendaraan sehingga kami cepat sampai ke sana. Tempatnya enak berada di atas pantai, makanan yang disajikan juga enak dan murah. Bayangkan saja, menu yang kami pesan kami bayar sebesar 450.000 rupiah. Itu pun masih kami bawa pulang karena memang porsinya besar. Lumayan buat makan malam harinya.






Hari kedua kami jalan-jalan di Batam, kami bemutari kota Batam dan mampir ke Mega Mall sambil menunggu suami dan bapak mertua saya sholat Jumat. Setelah itu kami makan di Martabak Har di daerah Nagoya dan mampir ke Masjid Agung Batam di daerah Batam Center untuk sholat Dzuhur sekaligus menunggu azan ashar. Disana kami transit lumayan lama, sambil ngadem dan melihat Askar dan Izan berlarian bebas di area luar masjid.








Ketika hari sudah sore kami melanjutkan perjalanan ke Jembatan Barelang. Jembatan yang menghubungkan pulau Batam, pulau Rempang dan pulau Galang. Disana apalagi yang bisa dilakukan selain foto-foto di atas jembatan di antara pulau Batam dan pulau Rempang. Berjalan-jalan di Batam ini, saya merasa flashback masa lalu saya bersama teman-teman. Namun teman-teman yang dulu berada di Batam sudah tidak tinggal di sana lagi.






Hari ketiga di Batam, saya dan suami memutuskan untuk menyebrang ke pulau Bintan. Jujur saja daripada menyebrang ke Singapura, saya lebih memilih ke Pulau Bintan tempat saya pernah tinggal. Agar suami dan anak-anak saya tahu dan pernah merasakan keberadaan saya di sana dahulu. Kami berangkat pagi dari apartemen, sampai di Pelabuhan Telaga Punggur kira-kira jam delapan lewat, jadi kami harus menunggu kapal yang berangkat jam setengah sembilan. Rasanya deg-degan mau naik kapalnya, sudah lama nggak merasakan naik kapal kecil yang dulu rutin saya naiki kalau mau ke Batam. deg-degan takut anginnya kencang. Tapi alhamdulillah sepertinya belum memasuki musim angin utara, jadi angin belum terasa kencang dan kapal berlayar dengan tenang. Sesampainya di pelabuhan bulang linggi tanjung uban, kami merental mobil yang sudah kami pesan pada malam harinya. Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Lagoi. Di Lagoi, tempat pertama yang kami kunjungi adalah Pelabuhan Bandar Bentan Telani. Di sana saya menjemput teman yang akan menemani tour seharian ini. Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Treasure Bay. Kolam renang yang besar sekali seperti lautan.




Di sana kami masuk sebentar saja, karena tidak tahan dengan teriknya panas matahari. Sebenarnya saya penasaran saja dengan tempat ini, karena waktu saya tinggal di sana tempat ini belum selesai dibangun. Pemberhentian kedua, kami masuk ke kawasan Lagoi Bay. Ya, tempat ini juga belum selesai dibangun waktu saya masih di sana. Pantainya lumayan bersih dan gratis. Banyak resort baru di dalamnya. Kami di sini juga cuma sebentar, lagi -lagi karena cuaca panas. Tempat ketiga yaitu Bintan Lagoon Resort. Saya ingin kesini karena waktu saya masih bekerja di sana, pelabuhan Internasionalnya belum beroperasi dan sekarang pelabuhannya sudah beroperasi. Di sana kami transit lumayan lama, ngadem di office imigrasinya, sholat dan makan siang di hotelnya. Waktu cepat sekali berlalu. Kami harus kembali lagi ke Tanjung Uban untuk mengejar keberangkatan kapal agar tidak kesorean. Kapan-kapan pokoknya harus menginap kalau kesini lagi. Alhamdulillah walaupun sudah sore angin belum bertiup terlalu kencang. Askar malah kegirangan waktu kapalnya bergoyang kencang dan minta naik kapal kapal lagi waktu kami sudah sampai di Batam.
Keesokan harinya, hari yang santai karena kami tidak mempunyai jadwal  khusus mau kemana. Cuma mau mapir ke rumah saudaranya suami yang ada di daerah Tiban. Dan sepulangnya dari sana kami pergi ke BTC Mall buat makan dan mencari mainan untuk Askar.


5 September 2017

Libur lebaran Idul Adha kemarin bertepatan dengan hari Jumat. Lumayan banget kan bisa dapet long weekendnya. Beberapa minggu sebelumnya suami ngotot banget kepengen nyewa villa di daerah Subang, katanya sih villanya bagus dan harganya cukup murah. Karena menurutnya pasti bosen banget kalau long weekend di rumah saja. Eh, ternyata kami malah dapet villa gratisan dong dari sepupunya suami. Yaitu Villa La Chaumiere di daerah Mega Mendung, villanya perusahaan Unilever.
Kami berangkat ke Mega Mendung pada sore hari karena sudah mendapatkan info dari televisi bahwa sistem buka tutup sedang berlangsung dan akan dibuka kembali pukul enam sore. Kami berangkat dari rumah pukul empat sore, dan tepat sekali ketika akan keluar pintu tol sudah dibuka untuk jalur ke atas menuju Puncak. Tapi tetap saja ya harus bermacet-macetan selama dua jam dari keluar tol sampai menuju penginapan karena adanya penyempitan jalan. Sesampainya di villa, jam sudah menunjukkan jam delapan malam. Untungnya bapak penjaga villa masih setia menunggu kami datang, padahal waktu dikonfirmasi lewat telpon katanya kalau sudah malam nanti masih ada security yang stand by kalau dia sudah pulang.



Villa La Chaumiere ini terdiri 3 kamar utama,1 kamar kecil dan 2 kamar mandi. Terdapat ruang televisi yang cukup lega untuk bersantai dan tiduran di sana. Ada juga ruang makan dilengkapi segala peralatan makan dan microwave,  dapur lengkap dengan peralatan masaknya. Untuk outdoor sendiri ada fasilitas private pool, lapangan basket dan lapangan badminton. Walaupun terlihat kalau villa sudah lama, namun masih terawat perabotan dan kebersihannya. Menurut kami yang kurang mungkin hanya wifi saja karena kami tidak tahu password wifinya. Aktifitas selama di sana kami menikmati private poolnya, bermain badminton dan bola basket.







Kemudian agak siangan kira-kira jam 10an kami menuju The Ranch Puncak, letaknya tidak terlalu jauh dari villa tempat kami menginap mungkin hanya sekitar 4 km. Konsep The 
Ranch Cisarua Puncak ini merupakan gabungan konsep The Ranch Bandung dan Farm House Bandung. Jadi kalau kamu ke sana, kamu seperti merasakan ada di dua tempat itu. Ada tempat berkuda, tempat memberi makan hewan kelinci, sapi dan banyak spot cantik untuk berfoto. Namun pembangunannya sepertinya masih belum selesai. Masih banyak area yang sedang dalam pembangunan. Untuk masuknya, cukup membayar Rp. 20.000 per orang dan tiketnya bisa ditukar untuk mendapatkan segelas susu di dalamnya.









 

Kami pulang hari minggu siang kira-kira jam 11. Setelah keluar villa kami makan siang di Cimory Resto Mountain View. Tahun lalu sudah pernah merasakan Cimory yang Riverside. Ternyata di Cimory Mountain View ini lebih sepi, tapi kualitas makanan dan pelayanannya sangat kurang memuaskan. Berbeda sekali dengan Cimory Riverside. Padahal waktu ke Cimory Riverside keadaan resto sangat penuh sampai-sampai harus mengisi daftar waiting list untuk bisa mendapatkan tempat duduk. Tapi pelayan di sana lebih sigap dan makanannya cukup enak. Sangat-sangat berbanding terbalik dengan Cimory Mountain View. Keadaan resto yang sepi saja pelayanan sangat lamaaaa sekali. Begitulah cerita liburan singkat kami kemarin. Karena kami keluar dari villa dari siang hari, alhamdulillah kami tidak bertemu macet selama di perjalanan sampai ke rumah.